Tenses, Jakarta – Tenggorokan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi pada tenggorokan dan amandel. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri streptococcus pyogenes atau dikenal juga dengan nama streptokokus grup A. Umumnya bakteri ini bisa berkembang di hidung dan tenggorokan.
Menurut situs MD, siapa pun bisa terkena radang tenggorokan, namun penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Seperti halnya COVID-19, bakteri penyebab radang tenggorokan dapat dengan mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak dekat melalui droplet.
Pernapasan, terutama ketika seseorang yang mengidap bakteri tersebut batuk atau bersin, menyebabkan tetesan bakteri menyebar ke udara. Orang yang tidak sengaja menghirup droplet yang mengandung bakteri tersebut berpotensi tertular.
Orang yang menyentuh benda yang terkena tetesan air terkontaminasi berpotensi tertular. Hal ini termasuk berbagi barang-barang pribadi seperti peralatan makan atau sikat gigi dengan seseorang yang sakit. Meski ada kontak fisik.
Setelah terpapar bakteri penyebab radang tenggorokan, gejala biasanya muncul dalam dua hingga lima hari. Gejala umumnya adalah sakit tenggorokan, demam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Orang yang terinfeksi dapat bertahan hidup selama sebulan jika tidak diobati.
Sakit tenggorokan sangat jarang terjadi pada anak di bawah usia tiga tahun. Ketika bayi dan anak-anak terinfeksi GAS, mereka biasanya mengalami demam disertai rasa tidak nyaman, nafsu makan buruk, dan pilek, namun bukan masalah tenggorokan yang khas.
Laporan dari Children’s Health, tidak ada vaksin yang melindungi seseorang dari radang tenggorokan. Jika anak Anda sakit tenggorokan, sebaiknya lakukan hal berikut:
– Selain peralatan makan anak, piring dan gelas minum, cucilah dengan air sabun panas setelah digunakan.
– Pastikan anak-anak tidak berbagi makanan, minuman, seprai, handuk atau handuk dengan anggota lainnya.
– Ajari anak untuk menutup mulut dengan tisu saat bersin atau batuk. Jika tisu tidak tersedia, anak-anak sebaiknya bersin atau batuk menggunakan siku, bukan tangan.
– Mengingatkan anak untuk mencuci tangan dengan baik dan sering.
– Berikan anak sikat gigi baru setelah pengobatan antibiotik dimulai dan infeksinya tidak menular lagi.
Sakit tenggorokan seringkali memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Dengan perawatan medis yang tepat dan banyak istirahat serta air minum, sebagian besar anak dapat kembali ke sekolah dan bermain dalam beberapa hari.
Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua sakit tenggorokan merupakan radang tenggorokan. Kebanyakan sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Jika anak yang lebih besar mengalami gejala seperti pilek atau batuk, suara serak, atau mata merah, kemungkinan besar sakit tenggorokannya disebabkan oleh virus, bukan radang tenggorokan. Sakit tenggorokan yang disebabkan oleh virus biasanya hilang tanpa pengobatan medis.
Ada berbagai cara untuk menenangkan tenggorokan Anda. Mulai mengonsumsi antibiotik, obat pereda nyeri hingga rutin mengonsumsi minuman herbal. Misalnya jahe, teh kamomil, jus lemon, dan cuka sari apel. Selain mudah untuk dibuat, bahan-bahan untuk membuat minuman ini juga tidak sulit ditemukan di pasar atau supermarket.
Mengonsumsi madu juga bisa membantu mengatasi sakit tenggorokan. Banyak penelitian menunjukkan madu efektif mencegah infeksi bakteri dan virus. Namun, batasi asupannya karena kandungan gula yang tinggi pada madu dapat menghambat sistem kekebalan tubuh untuk melakukan tugasnya dengan baik.
Yogurt juga tidak efektif. Sebagai sumber protein, karbohidrat, dan lemak sehat yang sangat baik. Minuman susu fermentasi ini kaya akan bakteri probiotik yang membantu melindungi sistem kekebalan tubuh. Selain itu, teksturnya yang longgar dan lembut menjadikannya sumber nutrisi yang sangat baik saat Anda sakit.
ANGIN OKTAVIA | YUNIA PRATIWI | YAYUK WIDIYARTI
Pilihan Editor: 7 Tips Sederhana Mengobati Radang Amandel pada Anak
Mereka yang memiliki riwayat alergi atau penyakit autoimun dalam keluarga memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit autoimun. Berikut beberapa gejala yang harus diwaspadai. Baca selengkapnya
Dokter spesialis penyakit dalam mengatakan, penting adanya kewaspadaan tingkat khusus pada pasien demam berdarah dengue (DBD). Perhatikan tiga level berikutnya. Baca selengkapnya
Membekukan jeans di dalam freezer dikatakan akan menjaganya tetap segar dan bebas bau tak sedap tanpa perlu dicuci. Apa faktanya? Baca selengkapnya
Penyakit Whipple mengganggu pencernaan normal dengan mengganggu pencernaan dan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi. Baca selengkapnya
Rumor yang menyebutkan vaksin dapat menyebabkan autisme pada anak tidaklah benar. Dokter anak menjelaskan. Baca selengkapnya
Rotavirus menjadi penyebab terbanyak kasus diare pada bayi dan anak di bawah 2 tahun yaitu 90 persen. Baca selengkapnya
Virus merupakan organisme mikroskopis yang dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit pada manusia dan organisme hidup lainnya. Baca selengkapnya
Erlina Burhan memaparkan pembahasan pengobatan tuberkulosis dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar FK UI. Ia menawarkan GIS untuk deteksi TBC. Baca selengkapnya
Pemkot Samarinda mengajak UMKM memanfaatkan bahan lokal untuk membuat Welcome Drink bagi wisatawan. Baca selengkapnya
Pada tahun 2050, diperkirakan 10 juta kematian dapat terjadi setiap tahunnya akibat resistensi antimikroba atau AMR. Akibatnya, infeksi menjadi lebih sulit diobati. Baca selengkapnya